Recent Movies

Star Wars: Episode I - The Phantom Menace (1999)

 


Galactic Republic berada dalam masa kemunduran dengan birokrasi yang busuk dan korup serta keadaan ekonomi yang memburuk. Sebagai tanggapan terhadap pajak perdagangan, Federasi Dagang melakukan blokade perdagangan di planet Naboo. Berharap untuk menyelesaikan masalah ini, Mahkama Kanselir mengirim dua Jedi, Qui-Gon Jinn (Liam Neeson) dan muridnya, Obi-Wan Kenobi (Ewan McGregor), untuk bernegosiasi dengan Federasi Dagang yang dipimpin oleh Viceroy (semacam gubernur), Nute Gunray (Silas Carson). Tanpa sepengetahuan mereka, Federasi Dagang bersekutu dengan Dark Sith, Darth Sidious, yang memerintahkan mereka untuk membunuh kedua Jedi tersebut dan menyerang planet Naboo dengan pasukan tempur droid. Menghindar dari serangan itu, mereka menyelundup ke dalam kapal yang mendarat dan melarikan diri ke planet Naboo. Qui-Gon menyelamatkan seorang bangsa Gungan bernama Jar Jar Binks (Ahmed Best) yang terbuang dari planetnya saat terinjak-injak oleh sebuah tank milik Federasi. Karena berhutang budi, Jar Jar membawa mereka menuju kota Gungan yang ada bawah laut yang dipimpin oleh Otoh Gunga, Di tempat itu, kedua Jedi gagal membujuk bangsa Gungan untuk membantu bangsa Naboo, meskipun mereka mampu memperoleh transportasi untuk mencapai kota Theed yang berada di permukaan.

Ratu planet Naboo yang masih muda belia dan baru naik tahta, Padme (Natalie Portman), ditawan oleh Federasi Dagang tersebut, namun berhasil diselamatkan oleh Qui-Gon dan Obi-Wan yang kemudian membawanya ke planet Coruscant. Dalam perjalanan mereka terpaksa harus singgah di planet Tatooine karena pesawat yang mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin. Saat Qui-Gon bersama Jar Jar, R2-D2 (Kenny Baker), dan Padme mencari suku cadang untuk memperbaiki pesawat mereka yang rusak, Padmé yang menyamar menjadi pelayan bertemu dengan seorang budak yang masih bocah bernama Anakin (Jake Lloyd) bersama ibunya, Shmi (Pernilla August), dan droid-nya C-3PO (Anthony Daniels). Anakin adalah bocah cerdas dengan kandungan midi-chlorian yang sangat tinggi dalam tubuhnya, yang konon jauh lebih tinggi dari pada Ksatria Jedi manapun termasuk Yoda (Frank Oz).

Qui-Gon merasa yakin bahwa Anakin adalah orang yang diramalkan akan memberi keseimbangan pada Force. Qui-Gon kemudian membuat taruhan dengan majikan Anakin: Watto (Andy Secombe), untuk memasukkan Anakin dalam sebuah turnamen podracing, dan jika Anakin menang, ia akan dibebaskan. Anakin berhasil memenangkan perlombaan dan Qui-Gon membawanya untuk dilatih sebagai Jedi, tetapi ia terpaksa meninggalkan ibunya di planet Tatooin karena Qui-Gon tidak dapat membebaskannya juga. Sebelum mereka pergi, mereka diserang oleh Darth Maul (Ray Park), yang dikirim oleh Darth Sidious untuk menangkap Padme. Setelah bertarung singkat, mereka berhasil melarikan diri.

Qui-Gon kemudian meminta ijin kepada Yoda untuk membawa Anakin ke Coruscant mengangkatnya menjadi murid, dan berusaha membujuk Dewan Jedi untuk melatih Anakin sebagai Jedi, tapi Dewan menolak karena Anakin terlalu tua, yang akan beresiko dia beralih ke sisi gelap dari Force.

Di sidang Senat Republic, Padme menjelaskan kondisi Naboo. Namun karena mendapat tanggapan negatif dari Vallorum (Terence Stamp), pimpinan Galactic Republic. Senator Palpatine (Ian McDiarmid) dari Naboo meyakinkan Ratu untuk mengajukan mosi tidak percaya pada Pemimpin Galactic Republic, dan agar dipilih pemimpin baru yang lebih kuat yang akan membantu mengakhiri konflik. Mosi Padme mendapat dukungan dari anggota senat lain karena Vallorum dianggap antek Federasi Dagang. Tak lama kemudian di angkatlah Palpatine menjadi pimpinan baru Galactic Republic.

Sebetulnya semua ini adalah skenario dari tokoh misterius Sith yang tidak diketahui identitas sebenarnya (tokoh Sith sebenarnya adalah Palpatine), sekaligus awal dari kemunculan kembali Sith setelah sekian lama menghilang.

Seiring film bergulir, Qui-Gon akhirnya terbunuh ditangan Darth Maul, dan Darth Maul mati ditangan Obi-Wan. Anakin kemudian diangkat menjadi murid oleh Obi-Wan yang telah menjadi Ksatria Jedi atas persetujuan oleh Dewan Jedi.

The Lord of the Rings: The Return of the King (2003)

 


Cerita The Fellowship of The Rings dimulai dengan kisah bagaimana seorang hobbit bernama Bilbo Baggins dari The Shire, telah mengembara ke Misty Mountain dan bertemu dengan Gollum yang telah tinggal di dalam sebuah gua di gunung tersebut selama 500 tahun. Bilbo berhasil mencuri cincin milik Gollum dan kemudian membawanya pulang ke The Shire. Tanpa disadari, cincin tersebut mempunyai kekuatan sakti.
Pada ulang tahunnya yang ke-111, Bilbo memutuskan untuk meninggalkan The Shire dan menuju ke Rivendell. Bilbo ingin menghabiskan masa tuanya dengan menulis buku tentang pengembaraannya dengan seorang Dwarf mencari harta karun di Lonely Mountain, di mana terdapat seekor naga yang menyembunyikan emas permata di bawah badannya. Sebelum melakukan perjalanannya, Bilbo mewariskan cincin sakti yang disebut One Ring kepada keponakannya yang bernama Frodo Baggins.

Seorang Wizard yang juga sahabat Bilbo bernama Gandalf The Grey menyarankan Frodo untuk menghancurkannya ke Mount Doom. Penghancuran cincin ini untuk menghalangi niat jahat Sauron yang ingin menguasai Middle-Earth. One Ring dibuat oleh Sauron, Dark Lord dari Mordor, cincin tersebut sesungguhnya digunakan untuk menguasai Middle-Earth dan memperbudak rakyatnya.

Frodo berangkat ke Mount Doom bersama seorang sahabatnya yang bernama Samwise Gamgee. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Merry dan Pippin yang akhirnya ikut bergabung bersama Frodo dan Sam. Perjalanan para hobbit ini terus dibayangi oleh Black Rider yang merupakan utusan Sauron untuk mengawasi si pemegang cincin.

Ketika sampai di Bree, empat hobbit ini memutuskan untuk beristirahat di The Prancing Pony. Ditempat tersebut mereka bertemu dengan seorang Strider yang bernama Aragorn. Ternyata Strider tersebut adalah utusan Gandalf yang bertugas menemani para hobbit hingga ke Rivendell, tempat penguasa Elf berkuasa dan akan terjadi pertemuan penting antara semua ras penghuni Middle Earth.

Keesokan harinya Strider menemani mereka untuk meneruskan perjalanan ke Rivendell. Pada malam harinya, mereka kembali diserang oleh Black Rider. Frodo terluka dalam serangan itu karena ditikam oleh Black Rider. Dalam kepanikan karena Frodo terluka dan pingsan, tiba-tiba muncul seorang Elf yang bernama Arwen dan membawa Frodo ke Rivendell dengan kudanya.

Black Rider terus mengejar Arwen sampai ke Loudwater River. Saat Black Rider mencoba menyeberangi sungai, Arwen membaca mantra untuk membuat sungai tersebut memukul Black Rider dengan kuat dan membunuh mereka. Setelah berhasil mengalahkan Black Rider, Arwen dan Frodo melanjutkan perjalanan menuju ke Rivendell.

Pada saat yang sama, Gandalf yang terperangkap di puncak Menara Orthanc di Isengard meminta bantuan burung elang raksasa bernama Gwaihir untuk melepaskannya dari tawanan Saruman. Gwaihir membawa Gandalf ke Rivendell. Saat rombongan Aragorn dan para hobbit sampai di Rivendell, Frodo sudah sembuh dari lukanya. Elrond sang pemimpin bangsa Elf sangat kagum pada kekuatan mental Frodo yang sama sekali tidak terpengaruh dengan kekuatan jahat dari One Ring. Sementara itu, seluruh wakil pemimpin dari semua makhluk Middle-Earth berkumpul di Rivendell untuk membahas siapa yang akan membawa One Ring ke Mordor untuk dihancurkan. Saat tidak ada yang bersedia membawanya, tiba-tiba Frodo menawarkan diri untuk membawa One Ring ke Mordor. Maka terpilihlah orang-orang yang akan melakukan perjalanan ke Mordor, yaitu Gimli (Dwarf), Legolas (Elf), Aragorn dan Boromir (Men), Gandalf (Wizard), dan keempat hobit (Frodo, Sam, Merry, dan Pippin). Kesembilan orang tersebut tergabung dalam The Fellowship of The Ring.

Keesokan harinya kesembilan orang tersebut berangkat menuju ke selatan melewati Lothlorien. Untuk sampai ke Lothlorien, mereka harus melintasi Misty Mountain yang saat itu sedang mengalami badai salju dan reruntuhan batu-batuan. Namun akhirnya mereka menyerah pada cuaca dan mengalihkan jalur menuju ke Moria yang merupakan tempat tinggal Dwarf.

Di Moria, mereka diserang oleh Orcs. Orcs adalah manusia kerdil bodoh ciptaan Sauron yang tinggal di Hutan Mirkwood untuk membantu Sauron menguasai Middle-Earth. Karena jumlah pasukan Orcs yang tidak seimbang dengan jumlah The Fellowship, maka mereka melarikan diri ke jembatan Khazad-Dum. Celakanya di jembatan tersebut mereka telah dihadang oleh binatang raksasa yang menyerupai monster bernama Balrog. Pertempuran dengan Balrog menyebabkan Gandalf terjatuh ke dasar jurang dan menghilang.

Aragorn kemudian mengambil alih tugas Gandalf untuk memimpin The Fellowship sampai ke Mordor. Setelah perjalanan The Fellowship sampai di Lothlorien, mereka bertemu dengan seorang peri bijak yang bernama Galadriel. Galadriel memberikan bekal sampan, biskuit lembas, dan kaca. Dari kaca milik Galadriel, Frodo melihat masa depan dimana sahabatnya Sam akan menemui ajalnya jika tetap ikut dengannya ke Mordor. Frodo mulai bimbang pada perjalanannya, namun ia tetap harus menghancurkan One Ring.

Perjalanan berlanjut melewati sungai Anduin menuju ke selatan. Sampai di Fall of Rauros mereka berhenti untuk beristirahat. Saat beristirahat, Boromir ingin melihat dan memegang One Ring, namun Frodo menolaknya dan menyingkir dari Boromir. Tiba-tiba sekumpulan Orcs dan Uruk Hai menyerang The Fellowship. Gimli, Legolas, Aragorn, dan Boromir maju menghadapi serangan musuh, sedangkan Merry, Pippin, Frodo, dan Sam berlari menyembunyikan diri namun akhirnya mereka terpisah sementara Merry serta Pippin menjadi tawanan pasukan Orcs.

Frodo dan Sam berhasil menyelamatkan diri dan berlayar ke seberang sungai. Sementara Gimli, Aragorn, dan Legolas yang berhasil mengalahkan pasukan Orcs dan Uruk Hai harus merelakan Boromir yang tewas di medan perang. Gimli, Aragorn, dan Legolas melakukan penghormatan terakhir kepada Boromir dengan meletakkan mayatnya ke dalam sampan dan membiarkannya berlayar menuju sungai Anduin, kemudian ketiganya mulai mencari keempat hobbit.
Dan terpecahnya The Fellowship menjadi akhir cerita di film ini.

Avatar (2009)

 


Jake Sully menggantikan kakaknya untuk melanjutkan misi penelitian dan penggalian sumber tenaga baru bagi manusia di dunia Pandora. Sumber tersebut bernama unobtanium dan berharga sangat mahal. Jake Sully adalah mantan marinir dan cacat (lumpuh). Untuk pergi ke Pandora, manusia membutuhkan bantuan berupa alat bantu pernapasan. Tapi manusia bisa pergi ke Pandora dengan wujud makhluk asli yakni Avatar dengan cara masuk dalam sebuah alat tertentu dan melakukan transfer pengendalian otak menuju tubuh baru, yakni makhluk Avatar. Disini kita bisa melihat diri kita saat ini, bahwa ketika kita masuk dalam jejaring sosial atau blogger dengan memasukkan username dan password maka pikiran kita akan fokus masuk dalam dunia internet. Kita yang nyata menjadi kita yang virtual dalam dunia internet.
Kemudian, setiap binatang di dalam film ini hampir semua memiliki sebuah penghubung. Penghubung tersebut bisa disatukan dengan penghubung dari panduduk asli. Jika penduduk asli Pandora menginginkan alat transportasi, maka dia wajib menghubungkan dirinya dengan binatang tersebut dengan binatang yang ingin dijadikan alat transportasi (sarana) seperti ikran, direhorse, viperwolf dan lainnya. Alat penghubung ini, hemat saya seperti layaknya USB dalam dunia kita saat ini. Kita bisa menghubungkan diri kita yang berwujud data dalam flashdisk ke dalam dunia internet. Penghubung ini, selain fungsingnya seperti USB, ini juga seperti link yang bisa menghubungkan kita dari satu situs ke situs lain. Pada akhir cerita, Jake yang tadi bagian dari misi untuk menambang unobtanium dan memusnahkan suku Pandora, malah berbelok arah dan menjadi bagian dari suku Pandora melawan keserakahan manusia (skypeople). Diakhir cerita, Jake dan suku Pandora dapat mengalahkan manusia dan Jake memilih untuk menjadi Avatar. Kenapa? Karena dalam wujudnya manusia, Jake adalah orang cacat dan lumpuh. Dalam dunia Avatar, dia makhluk sempurna bahkan menjadi kepala suku.

G.I. JOE 2009

 


Film G.I. Joe: Rise of Cobra dibuka dengan mimpi dan cita-cita Amerika dan NATO untuk menjadi negara adikuasa yang digdaya. Hal tersebut diwujudkan dengan pembelian empat hulu ledak yang memiliki teknologi nano-mites. Nano-mites adalah robot-robot kecil yang berukuran nano (mikroskopik) yang pada awalnya dipakai manusia untuk melawan penyakit kanker. Adapun perusahaan yang mengubah cara kerja nano-mites adalah sebuah perusahaan pembuat senjata bernama M.A.R.S. yang dipimpin oleh McCullen (Christopher Eccleston). Untuk mengawal keempat hulu ledak tersebut telah dipersiapkan sepasukan tentara yang dilengkapi dengan ACV (kendaraan tempur pengangkut pasukan) dan dua buah AH-64 Apache.

Pasukan yang mengantar hulu ledak nano-mites dipimpin oleh Duke (Channing Tatum) dan Ripcord (Marlon Wayans). Saat diperjalanan, mereka asyik ngobrol masalah keinginan Ripcord untuk pindah ke angkatan udara Amerika. Duke menganggap konyol keputusan Ripcord yang ingin pindah ke angkatan udara. Bagi Duke, pertempuran yang sesungguhnya terjadi di tengah-tengah area peperangan, bukan di atasnya. Ketika sibuk memperdebatkan keputusan Ripcord, tiba-tiba pasukan tersebut diserang oleh sebuah pesawat terbang dengan teknologi yang tidak lazim. Dalam hitungan detik pesawat tersebut meluluh lantakan pasukan Duke dan Ripcord, serta menembak jatuh dua heli Apache yang mengawal mereka.

Mobil yang dinaiki Duke dan Ripcord terbalik dan menghempaskan mereka berdua. Dari dalam badan pesawat tersebut, keluar sepasukan tentara bersenjatakan senapan canggih yang menembakkan gelombang kejut. Dalam kondisi terjepit, duke memilih untuk menyelamatkan Ripcord terlebih dahulu baru kemudian merebut kembali empat koper yang berisi empat hulu ledak nano-mites. Pasukan tersebut ternyata dipimpin oleh Baroness (Sienna Miller) yang dikenali Duke sebagai Ana. Ditengah-tengah pertempuran sengit, muncul tiga orang tentara yang keluar dari pesawat asing yang terbang dengan cara VTOL (lepas landas dan mendarat tegak lurus) seperti V-22 Osprey. Ketiga orang tersebut menghabisi para tentara yang menyerang dengan senjata yang mereka miliki. Ketiga orang tersebut adalah Snake Eyes (Ray Park), Scarlett (Rachel Nichols) dan Heavy Duty (Adewale Akinnuoye-Agbaje).

Duke berhasil menangkap Baroness dan merebut koper tersebut dari dirinya. Melihat pasukannya kocar-kacir, Baroness memilih untuk menyelamatkan dirinya dan meninggalkan hulu ledak nano-mites. Saat membalikkan badan, Duke menemukan kalau Snake Eyes, Scarlett, Heavy Duty dan Breaker (Said Taghmaoui) sudah mencegat dirinya sambil meminta Duke untuk menyerahkan tas yang berisikan hulu ledak nano-mites. Breaker memperlihatkan pada Duke sebuah perangkat komunikasi yang memakai teknologi hologram. Dari alat itu Duke berbicara dengan Jendral Hawk (Dennis Quaid) yang berusaha meyakinkan Duke kalau mereka berada di sisi yang sama. Karena berpegang teguh pada prinsip prajurit yang tidak akan mengabaikan perintah, Duke tetap tidak percaya pada perkataan Hawk. Akhirnya diputuskan oleh Heavy Duty, Duke akan ikut mereka ke markas rahasia bersama-sama dengan tas tersebut.

Apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh Duke? Untuk siapakah Snake Eyes, Scarlett, Heavy Duty dan Breaker bekerja? Apa peranan Hawk? Apa yang diincar oleh Baroness? Mengapa Ana menjadi Baroness? Penasaran dengan kualitas filmnya? Baca terus review kami.

Film G.I. Joe: Rise of Cobra memiliki detil cerita yang jauh lebih baik daripada Transformers : Revenge of the Fallen. Semua plot cerita ditata apik dan dibuat berhubungan sepanjang film. Cerita dalam film ini benar-benar mengalir begitu saja dan mudah diikuti. Padahal film ini banyak berisikan adegan flashback yang menceritakan masa lalu beberapa karakter penting, seperti masa lalu Snake Eyes, Strom Shadow (Byung-hun Lee), Baroness dan Duke. Pokoknya cerita dalam film ini bisa kamu acungi dua jempol sekaligus, karena mudah untuk diikuti tetapi tetap menarik sampai akhir film. Film ini juga tergolong lengkap dalam memilih lokasi shooting. Kita akan bertemu adegan yang mengambil lokasi di hutan, markas rahasia G.I. Joe, jalanan kota Paris, kutub utara, hingga bawah laut.

Dari sisi para pemainnya tidak ada yang berakting menonjol di film ini. Tetapi kapan lagi kamu bisa melihat Sienna Miller berperan sebagai penjahat sexy yang nakal. Kapan lagi kamu melihat Ray Park main film tanpa memperlihatkan wajahnya dan mengeluarkan suaranya sedikitpun. Jadi walaupun tidak ada yang menonjol, akting mereka tetap pas dan enak untuk dinikmati walau sebenarnya masih jauh dari karakter versi komiknya. Tetapi bukankah itu malah menjadikan film G.I. Joe: Rise of Cobra bisa dinikmati oleh siapa saja?

Film ini memiliki adegan aksi yang sangat banyak. Untunglah efek ledakan dan efek-efek lainnya dibuat dengan sangat keren. Masalah justru datang pada CGI yang masih kasar dan kurang menyatu dengan background. Beberapa unit tempur milik para G.I. Joe juga memiliki desain yang konyol. Bayangkan, pesawat para G.I. Joe terlihat seperti kaleng sarden terbang berteknologi VTOL. Sebenarnya kami tahu maksud pemilihan bentuk mulus dan pipih dari pesawat tersebut. Tujuannya adalah untuk menambahkan unsur stealth pada pesawat tersebut. Tetapi kenapa di mata kami pesawat tersebut malah terlihat norak dan konyol yah? Lagian kami rasa, warna perak mengkilat bukanlah warna yang baik untuk menyembunyikan pesawat kamu dari pengindraan musuh. Pokoknya untuk urusan desain dan CGI, kami hanya salut pada desain kostum Snake Eyes yang top abis. Sisanya cendrung kurang atau biasa-biasa saja.

Film G.I. Joe: Rise of Cobra adalah sebuah film aksi yang sangat pas untuk menemani akhir pekanmu kali ini. Pokoknya kamu tidak akan menyesal membeli tiket untuk menyaksikan film ini. Khusus bagi para penggemar G.I. Joe., mungkin film ini kurang terasa G.I. Joe-nya. Tetapi tenang saja, masih ada kesempatan lain yang akan terbuka kedepannya. Jadi kesempatan untuk melihat the real G.I. Joe masih terbuka lebar, apalagi kalau film ini meledak di pasaran. Transformers sudah, G.I. Joe sudah, kayaknya yang kurang tinggal Avengers. Kapan dan bagaimana jadinya Avengers? Tongkrongin terus KotGa untuk mendapatkan informasi tentang film-film game. Akhir kata kami ucapkan selamat menyaksikan film G.I. Joe: Rise of Cobra di BAWAH INI :

The Social Network 2010

 


Mark Zuckerberg, seorang yang menjadi kaya di usia muda karena Facebook. Semua pasti sudah tahu tentang Facebook yang amat fenomenal ini. Film ini bukanlah cerita tentang seorang yang menjadi kaya karena internet, bukanlah tentang website yang populer, juga bukan tentang keserakahan atau kekuasaan. Film ini bercerita tentang betapa orang sangat ingin diterima oleh sekelilingnya. Beberapa orang terlahir cantik atau ganteng dan ada juga yang dianugerahi bakat olahraga atau seni yang luar biasa. Tetapi ada juga orang yang biasa-biasa saja dan hanyalah bagaikan angin lalu bagi orang di sekelilingnya.
Social Network diawali oleh Zuckerberg (Jesse Eisenberg) yang merasa dirinya kurang populer sehingga dia merasa harus bisa masuk ke dalam salah satu dari 8 klub elit yang ada di Harvard. Kemudian, dia membuat facemash.com (cikal bakal facebook) yang memuat foto-foto mahasiswi Harvard dan memungkinkan pengunjung untuk mengklik foto siapapun yang dianggap seksi. Ini membuat Zuckerberg dibenci oleh para mahasiswi dan mendapat ancaman dari pacar mereka. Zuckerberg kemudian mendapat perhatian dari Cameron Winklevoss yang adalah anggota Porcelain Club, salah satu club elite Harvard yang berbisnis dengan dia untuk mengembangkan facemash.com. Tetap saja, Zuckerberg tidak benar-benar diterima di club elite Harvard. Dia hanyalah rekan bisnis mereka.
Social Network bukanlah film yang sederhana. David Fincher melakukan pendekatan yang berbeda dibandingkan film lain pada umumnya dan dia berhasil melakukan itu. Penonton tidak diharapkan untuk memberi simpati pada Zuckerberg selama film ini berlangsung. Tidak ada adegan emosional saat film mencapai klimaks dengan Zuckerberg yang merasa sangat kesepian. Fincher dan penulis Aaron Sorkin berhasil membuat film ini tidak semata-mata tentang Facebook, melainkan tentang bagaimana seseorang bisa menjadi buta oleh ambisinya untuk bisa diterima secara sosial. Faktor inilah yang membuat Resensi Film Bagus sangat merekomendasikan film ini.

Inception 2010



 Film ini mengisahkan tentang seorang yang mampu mengambil idea lewat mimpi yang bernama cobb. Cobb adalah buronan yang dituduh membunuh istrinya sendiri sehingga dia tidak bisa kembali ke amerika (dimana anak nya tinggal). Untuk kembali ke Amerika dan melepaskan semua tuduhan pembunuhan istrinya, Cobb harus menyelesaikan pekerjaan terakhirnya, Alih alih mencuri ide/rahasia. dia disuruh menanamkan ide kedalam target. Ini adalah inti ceritanya, menanamkan ide sendiri disebut dengan INCEPTION.
Cobb dan timnya diberi tugas oleh saito, seorang pengusaha besar jepang yang ingin meruntuhkan perusahaan lawannya dengan cara menanamkan ide kepada anak dari pengusaha tersebut. Idenya cukup simple  “hancurkan perusahaan ayahnya sendiri”.
Untuk menanamkan ide ini, Cobb merekrut Ariedne (Ellen page) sebagai arsitek mimpi, Arthur untuk melakukan penilitan target dan beberapa orang lainnya mempunyai tugas yang berbeda (lihat filmnya sendiri).
Rencanaya mimpi akan berjalan lancar dan untuk berjaga jaga, mereka merancang mimpi dengan 3 tingkat. Dalam dunia mimpi waktu akan terasa makin lambat, waktu 5 menit  didunia nyata sama dengan 1 jam di dunia mimpi di level pertama dan 1 minggu di level selanjutnya.
untuk menset agar target bisa dimasuki mimpinya, mereka pura-pura menjadi penumpang pesawat yang juga ditumpangi target, dari sinilah cerita mulai seru.
Ternyata mimpi yang semula dikira berjalan lancar, terjadi banyak hal yang tidak terduga, dari munculnya kereta di jalan raya, dan para penjaga  dari target yang menyerang tim, yang akhirnya memaksa mereka untuk masuk ke dunia mimpi level dua (mimpi di dalam mimpi) dan mimpi kedua ini  pun rencana belum berhasil akhirnya mereka masuk kedunia mimpi level ketiga.
ketika Target hampir saja berhasil ditanamkan ke dalam object, ternyata object terbunuh di level ketiga. Dalam film ini, jika seorang yang sedang bermimpi sangat lelap dan dia terbunuh di mimpi, dia tidak aka bangun kedunia nyata, namun masuk kealam bawah sadar yang lebih dalam yaitu limbo.
Cerita terus berjalan (makanya nonton sendiri) yang akhirnya ide berhasil ditanamkan, namun Cobb sendiri terlembar ke limbo dan berlum bisa kembali karena saito juga mati didunia mimpi (saito adalah orang yang menyuruh menanamkan ide  kedalam target) yang memaksa Cobb untuk mencari Saito di limbo.

Ending cerita, saito berhasil diselamatkan dari limbo. Cobb kembali berada di pesawat bersama tim, dia berhasil masuk ke amerika dan pergi menuju rumahnya. Sampai dirumah, dia memutar totemnya untuk memastikan bahwa ini adalah real (jika totem tidak berhenti berputar artinya dia msih bermimpi), pada saat yang sama, pandagan Cobb dialihkan ke anak anaknya yang ingin sekali dia temui,  sebelum tahu apakah totem berhenti berputar atau tidak . Layar Blank dan muncul credit film.

Buried 2010

 





Paul Conroy, seorang kontraktor swasta yang bekerja sebagai sopir truk di Irak. Film dibuka dengan Paul yang terbangun dan mendapati dirinya berada di bawah tanah, terperangkap dalam sebuah peti mati dan hanya berbekal ponsel serta korek api Zippo. Dia lantas menyadari hanya punya 90 menit sebelum kehabisan oksigen.

Ponsel menjadi harapan hidupnya. Tetapi ketika dia menelpon, dia hanya tersambung dengan voice mail, petugas kantor dan birokrat rendahan yang hanya menghabiskan waktunya. Momen saat Paul menelpon ibunya amat emosional.

Harry Potter and the Deathly Hallows

 
Lord Voldemort mengambil Tongkat Sihir Elder dari makam Albus Dumbledore, dan Severus Snape telah menjadi kepala sekolah Hogwarts. Sementara itu, mengubur Dobby di halaman Shell Cottage, Harry dan kedua sahabatnya kemudian berusaha menyusun rencana baru. Ia bertanya kepada Ollivander mengenai Tongkat Sihir Elder, dan ternyata pemilik terakhir tongkat tersebut adalah Dumbledore. Ollivander berkata, bahwa Harry tidak akan menang melawan Voldemort yang memiliki Tongkat Elder. Harry dan kedua sahabatnya menyusun rencana untuk membobol lemari besi Bellatrix Lestrange di Bank Gringott's. Mereka curiga satu horcrux tersembunyi di sana. 
 
Dibantu Griphook (dengan imbalan Pedang Godric Gryffindor), Hermione meminum ramuan Polijus menyamar sebagai Bellatrix Lestrange, Ron menyamar sebagai penyihir sementara Harry dan Griphook berada di dalam Jubah Gaib. Mereka memasuki lemari besi Bellatrix di Bank Gringott's. Horcrux yang dimaksud ternyata adalah piala Helga Hufflepuff. Namun, Griphook kemudian mengkhianati mereka dan melarikan diri dan mencuri pedang Godric Gryffindor, meninggalkan mereka terpojok oleh pihak keamanan yang merasa ditipu. Harry, Ron, dan Hermione berhasil melarikan diri dengan menaiki naga penjaga lemari besi. 

Harry mendapatkan penglihatan segera setelah pelarian mereka, ia dapat melihat melalui mata Voldemort dan mengetahui pikirannya. Di dalam penglihatan tersebut, Voldemort membunuh beberapa goblin dan penjaga Bank Gringott's lainnya, termasuk Griphook. Voldemort telah mendatangi tempat-tempat Horcruxnya yang disembunyikan dan mengetahui bahwa mereka telah lenyap dan hancur. Harry melihat Voldemort marah dan takut. Harry juga melihat bahwa Horcrux berikutnya berkaitan dengan Rowena Ravenclaw, dan ada di kastil Hogwarts. Ketiganya segera pergi ke Hogsmeade untuk mencari jalan masuk ke sekolah Hogwarts. Di Hogsmeade, kehadiran mereka membunyikan mantra pendeteksi Caterwauling dan dihadang oleh para Pelahap Maut. Namun, mereka diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore, saudara Albus Dumbledore, yang sering Harry lihat di pecahan cermin yang ia miliki. Aberforth membuka jalan terowongan ke Hogwarts di mana mereka disambut oleh Neville Longbottom. Tiga sekawan tersebut bertemu kembali dengan anggota Laskar Dumbledore dan meminta bantuan untuk mencari mahkota Ravenclaw.

Snape mendengar kembalinya Harry dan mengumumkan bahwa semua orang yang membantu Harry kembali, terutama siswa, akan dihukum berat. Harry kemudian muncul dan menantang Snape mengenai kematian Dumbledore, dan Minerva McGonagall menantangnya berduel. Snape melarikan diri dan McGonagall memerintahkan seluruh Hogwarts bersiap untuk bertempur. Pada saat ini, anggota Orde Phoenix dan simpatisannya berdatangan. Atas inisiatif Luna Lovegood, Harry kemudian berbicara dengan hantu Helena Ravenclaw, putri dari Rowena Ravenclaw. Helena mengatakan bahwa Voldemort telah mengisi mahkota ibunya dengan ilmu hitam, dan menyatakan bahwa benda itu ada di Kamar Kebutuhan. Sementara, Ron dan Hermione pergi ke Kamar Rahasia. Hermione memusnahkan Piala Hufflepuff dengan taring Basilisk, Ron dan Hermione berciuman untuk pertama kalinya. Di kamar kebutuhan, Harry dicegat oleh Draco Malfoy, Gregory Goyle, dan Blaise Zabini, namun Ron dan Hermione datang membantu Harry. Goyle menggunakan mantra api kutukan Fiendfyre namun jatuh dan mati terbakar. Draco dan Blaise diselamatkan oleh Harry, Ron, dan Hermione sebelum Harry menusuk Mahkota Ravenclaw dengan taring Basilisk dan melemparnya ke dalam kobaran api, memusnahkan mahkota itu. Sementara itu, ketika Hogwarts diserang oleh pasukan Voldemort, Harry kembali memasuki pikiran Voldemort dan menyadari bahwa ularnya, Nagini, juga adalah Horcrux. Di dalam pertempuran yang berlangsung, Fred, Lupin, Tonks, dan Lavender Brown, serta sekitar 50 orang lainnya terbunuh. Pada saat yang sama, Hermione membunuh Fenrir Greyback (pembunuh Lavender).

Voldemort dan Snape bertemu di rumah perahu dan memberitahu Snape jika Tongkat Elder tidak berfungsi, karena dia bukan tuannya, dan Snape adalah tuan dari tongkat itu karena Snape yang telah membunuh Dumbledore, tuan sebelumnya. Voldemort memerintahkan Nagini untuk membunuh Snape. Di Boathouse (rumah perahu Hogwarts), Harry, Ron dan Hermione melihat Voldemort membunuh Severus Snape dengan tujuan untuk mentransfer kekuatan Elder Wand kepada dirinya sendiri. Dalam sekaratnya, Snape memberikan ingatannya kepada Harry, Snape menangis, mengeluarkan air mata memori, dan berkomentar tentang bagaimana Harry memiliki mata ibunya, lalu mati. 

Dari memori itu terungkap bahwa Snape berada di sisi Dumbledore, didorong dengan cinta seumur hidupnya kepada Lily Potter. Snape telah diminta Dumbledore untuk membunuh dirinya jika situasinya mengharuskan demikian karena bagaimanapun juga hidupnya tidak akan lama lagi akibat kutukan yang terdapat di Horcrux Cincin Gaunt. Selanjutnya, terungkap pula bahwa Harry adalah Horcrux terakhir Voldemort, yang diciptakan tanpa sengaja di Godric Hallow, untuk itu ia harus mati juga sebelum Voldemort dapat dibunuh. 

Harry kemudian pergi kehutan terlarang, menyerahkan diri dan Voldemort melancarkan kutukan untuk membunuhnya. Tapi alih-alih membunuh Harry, kutukan itu malah menghancurkan bagian dari jiwa Voldemort yang terdapat di tubuhnya. Harry pun memasuki dunia lain (limbo), dimana ia bertemu Profesor Albus Dumbledore, yang menjelaskan kepadanya tentang Harry sebagai Horcrux dan bahwa kutukan Voldemort telah menghancurkan jiwanya yang berada di tubuh Harry. Harry memutuskan kembali hidup untuk mengalahkan Voldemort, namun ia berpura-pura sudah tewas. Voldemort mengutus Narcissa Malfoy untuk memeriksa apakah Harry masih hidup. Ketika dia mencapai Harry, dia menemukan bahwa Harry masih hidup, dan bertanya pelan pada Harry apakah Draco masih hidup. Harry mengangguk, dan Narcissa menyatakan Harry mati.

Voldemort kemudian membawa "mayat" Harry ke Hogwarts dan mendeklarasikan "kematian" Harry kepada pejuang-pejuang Hogwarts dan siapa saja yang menentangnya akan mati. Neville Longbottom menarik Pedang Godric Gryffindor dan menantang Voldemort dengan sebuah pidato. Pada saat yang sama, Harry mengungkapkan bahwa dirinya masih hidup, dan mulai berduel dengan Voldemort di sekitar sekolah. Hermione dan Ron mencoba untuk membunuh Horcrux terakhir, Nagini. Ketika ular hampir membunuh mereka, Neville memenggal kepala Nagini dengan pedang Gryffindor. Di tempat lain, Molly Weasley membunuh Bellatrix Lestrange. 

Akhirnya, Voldemort mati setelah mencoba menggunakan Kutukan pembunuh Avada Kedavra terhadap Harry. Kutukan itu berbalik menyerang Voldemort sendiri setelah beradu dengan mantra pelepas senjata Harry (Expelliarmus). Harry menangkap tongkat itu. Setelahnya, Harry bergabung dengan kedua sahabatnya dan menjelaskan bahwa Tongkat Elder melindungi pemiliknya (Harry Potter sendiri). Harry menjelaskan kepada Ron dan Hermione bahwa Draco adalah tuan dari tongkat tersebut, bukan Snape, karena Draco melucuti senjata Dumbledore sebelum Snape membunuhnya. Kemudian, di Malfoy Manor, Harry melucuti senjata Draco, membuat Harry menjadi tuan dari tongkat itu. Harry kemudian mematahkan tongkat itu dan membuangnya ke parit Hogwarts, melenyapkan kekuatan tongkat itu selamanya.
19 tahun kemudian setelah Pertempuran di Hogwarts, Harry dan Ginny Weasley telah menikah dan membimbing anaknya yang bernama Albus Severus Potter dan anak-anak mereka yang lain ke dalam peron9 3/4. Ron dan Hermione juga menikah dan telah memiliki dua anak bernama Rose dan Hugo. Draco Malfoy memiliki anak bernama Scorpius. Mereka seluruhnya bertemu di stasiun kereta api King's Cross, untuk mengantar anak-anak mereka bersekolah ke Hogwarts. Ketika Albus khawatir akan masuk ke asrama Slytherin, Harry berkata bahwa topi asrama akan mempertimbangkan keinginan. Mereke menyaksikan anak-anak mereka naik kereta menuju Hogwarts.

JUMPER

 
Bagi David Rice (Hayden Christensen) itu bukanlah satu hal yang sulit. Karena dia adalah seorang `Jumpers` (pelompat). Seseorang yang memiliki kemampuan teleportasi hanya dalam hitungan detik.
Misalnya saja, saat David berada di kamar, hanya dengan memusatkan pikiran nya dia mampu berpindah ke tempat yang ingin dituju. Dalam hitungan detik, David mampu berpindah dari kamarnya menuju tempat berselancar di Hawai.
Kemampuan yang dimiliki David ini baru disadari setelah dia menyelamatkan bola kristal, hadiah yang dia berikan kepada wanita pujaannya, Millie (Anna Sophia Robb & Rachel Bilson).
Saking ingin mendapatkan perhatian dari sang gebetan, David tercebur di danau es, meski pada akhirnya david bisa menyelamatkan dirinya dengan “melompat”, dan secara tiba-tiba saja David sudah berada di perpustakaan sekolahnya.
Sadar memiliki kemampuan yang luar biasa, David pun tidak menyia-nyiakannya kemampuannya tersebut. Kepergian sang ibu sejak David berusia 5 tahun, menginspirasikan dia kabur dari rumah dan memulai hidup baru dengan kemampuan itu.
Merampok bank sesuka hati di berbagai negara, membuat David kaya mendadak dan tinggal di apartemen mewah di New York. Tak hanya itu, dia pun bebas berkeliling dunia ke mana pun yang diinginkan. Mulai dari berjemur di atas kepala Sphinx di Mesir, ke gurun Sahara, bergelayutan di jarum jam Big Ben di London, dan masih banyak lagi.
Perjalanan David menjadi jumper ternyata tak semulus dugaan. Keasyikannya melompat berusaha dihentikan oleh kawanan pembasmi jumper, Paladin.
Adalah Roland (Samuel L Jackson) yang selalu berusaha menghabisi nyawa para jumper dengan menyetrum, lalu menusuk menggunakan pisau khusus.
Jika para jumper lolos, Roland tak segan membunuh siapa pun yang dekat dengan jumper tersebut. Seperti orangtua dan kekasih mereka.
jmp2.jpg
Roland si pembasmi Jumper
Kenangan masa lalu, terutama pada cinta pertamanya membawa David kembali ke rumah sang ayah. David berhasil  menemui cinta pertamanya, Millie (Rachel Bilson), hanya saja kedatangannya telah tercium oleh kaum Paladin. Yang mau tak mau akhirnya membuat David harus segera berpindah tempat dengan kekasihnya tersebut.
Millie yang hanya seorang gadis pinggiran kota sederhana punya mimpi keliling dunia. Dengan uang yang tak pernah habis, David pun membawa Millie ke kota favoritnya, Roma.
Dalam perjalanan romantisnya di dalam Colosseum, Roma, secara tidak sengaja David bertemu dengan Griffin (Jamie Bell) yang juga seorang Jumper. Ia sudah lama memperhatikan gerak-gerik David. Saat sedang berdebat, mereka diserang kaum Paladin. Sekali lagi, mereka lolos.
David yang sadar hidupnya tak lagi aman mencoba mencari sekutu. Ia membujuk Griffin yang keras kepala bekerjasama melawan Paladin.
Akankah persekutuan David dan Griffin mampu melawan Roland cs ? Bagaimana kelanjutan kisah cinta David dan Millie ? Supaya nggak penasaran ada baiknya tonton saja filmnya.
 

battle los angeles 2011

Sudah pernah menonton “Black Hawk Down” karya Ridley Scott? apabila jawabannya adalah sudah, maka tidak akan asing melihat “Battle: Los Angeles”, karena film perang arahan sutradara Jonathan Liebesman (The Texas Chainsaw Massacre: The Beginning) ini bisa dibilang mengambil template film tahun 2001 tersebut. Bedanya tentara Amerika tidak lagi dipasangkan dengan tentara milisi Somalia yang sangar, melainkan musuh yang datangnya dari luar bumi, yup alien. Jadi selain terasa sangat “Black Hawk Down”, lalu dipoles dengan opening ala “Saving Private Ryan”, belum apa-apa film ini sudah asyik menyodorkan penonton dengan serangan besar-besaran alien ke kota Los Angeles, serta cuplikan-cuplikan televisi yang memperlihatkan bahwa tidak hanya LA yang ketiban sial tetapi juga kota-kota lain di Amerika dan belahan dunia lain. Sebuah hidangan pembuka yang tentunya tidak bisa ditolak dan saya berharap “Battle: Los Angeles” memang sudah siap dengan “amunisi” berisi adegan-adegan yang lebih gila dari opening tersebut. Tapi sayangnya harapan itu seperti dibombardir, walau tidak sampai luluh lantah.
Pada 11 Agustus 2011, bumi kedatangan tamu sebuah objek asing dari luar angkasa yang awalnya diduga hanya meteor biasa, objek yang “melambat” sebelum jatuh tersebut tiba di kota-kota besar, termasuk Tokyo, Rio de Janeiro, Buenos Aires, New Orleans, Mexico City, New York, Hong Kong, London, Paris, Barcelona, Hamburg, Sydney dan tentu saja Los Angeles (mungkin cerita dari kota lain bisa dijadikan sekuel). Penghuni bumi pun tidak perlu waktu lama sampai akhirnya pertanyaan “apakah mereka sendirian?” selama ini terjawab, ketika dari meteor-meteor tersebut bermunculan alien-alien yang memang semenjak awal bukan datang dengan damai.
Pihak “penyerang” yang berbentuk seperti robot alien lengkap dengan persenjataan darat dan udara ini pun langsung melancarkan taktik Blitzkrieg, apapun tujuan mereka datang ke bumi, yang pasti manusia sepertinya tidak punya harapan. Namun bukan berarti kita diam saja, Amerika pun mengarahkan kekuatan militernya untuk mempertahankan kota-kota mereka, termasuk Sersan Michael Nantz (Aaron Eckhart) bersama dengan pasukan marinir yang bertugas mempertahankan kota Los Angeles dan mengevakuasi warga sipil. Nantz dan pasukannya yang “buta” dengan siapa mereka berhadapan, langsung terjun ke medan perang dan menyisir sudut demi sudut kota yang hancur hanya untuk menemukan bahwa mereka melawan sesuatu yang tidak pernah mereka hadapi sebelumnya.
Jika setelah menonton film ini kalian berpikir kenapa para alien ini bersusah payah untuk menyerang kota-kota dan berhadapan dengan manusia ketimbang diam-diam mengambil yang mereka inginkan, yaitu air, kemudian pulang ke kampung halaman mereka dengan damai, well pikiran itu juga terlintas di kepala saya. Sayangnya dengan tujuan alien yang sudah ditentukan dari awal sudah begitu, “Battle: Los Angeles” terpaksa mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk menghibur kita dengan tumpukan special effect, perang-perangan, dan selipan drama. Alih-alih menyuruh aliennya diam-diam “menyedot” air yang memang melimpah di bumi dan membiarkan manusia berpikir bahwa telah terjadi fenomena aneh akibat pemanasan global, ketika tiba-tiba air laut surut begitu saja, film ini lebih tahu keinginan penonton dengan memerintahkan alien untuk menyerang kota-kota terpenting dunia. Jadi ketika manusia yang panik berpikir “hey kita sedang diinvasi, dikolonialisasi, dan dimusnahkan”, kemudian mati-matian mempertahankan kota mereka, pihak alien justru asyik menyedot sumber daya air di bumi tanpa gangguan.
Alien-alien ini memang punya taktik yang hebat untuk menguasai kota manusia dalam sekejap, dengan senjata canggih yang mereka bawa. sayangnya tidak dengan “Battle: Los Angeles” sendiri, filmnya justru tidak punya taktik sehebat alien, ceritanya bisa dikatakan lemah dan serangkaian drama yang coba dibangun juga tidak sekuat itu untuk menopang banyaknya pemain yang hilir mudik tanpa penggalian karakter yang cukup. Satu-satunya taktik yang cukup berhasil itu datang dari departemen visual effect. Ah berbicara soal efek khusus, salah-satu studio yang mengerjakan polesan pernak-pernik CGI di film ini adalah Hydraulx, milik Strause bersaudara, familiar dengan nama itu? wajar saja karena mereka tahun lalu membuat film bertema serupa, yakni “Skyline”. Karena film tersebut jugalah Hydraulx sempat bersitegang dengan pihak Sony Pictures Entertainment karena dituduh menggunakan materi dari “Battle: Los Angeles” untuk membuat film tandingan.
Saya pun kemudian melihat “Battle: Los Angeles” seperti sebuah pelengkap apa yang tidak dihadirkan oleh “Skyline”. Di review “Skyline”, saya ingat menyinggung bahwa nuansa “invasi” yang dibangun kurang terasa, maka “Battle: Los Angeles” membuatnya dengan cukup memuaskan dan tentunya meyakinkan karena seolah-olah dibuat senyata-mungkin, apalagi dengan kemasannya yang ala dokumenter itu. Jika “Skyline” terlihat superior di angkasa, maka “Battle: Los Angeles” fokus pada perang dalam kota dengan alien-alien berbentuk mekanik yang ditampilan persis seperti tentara manusia lengkap dengan rantai komando dan berperang layaknya manusia, bedanya mereka punya senjata lebih gahar. Sekali lagi atmosfir “Black Hawk Down” memang sangat terasa selama kita dibawa “jalan-jalan” bersama Sersan Nantz dan anak buahnya mengarungi reruntuhan kota Los Angeles. Walaupun cukup membosankan ketika berurusan dengan momen yang ditujukan untuk memancing emosi dan berbagai drama yang tampaknya gagal dalam misi untuk menciptakan chemistry dengan penonton. “Battle: Los Angeles” tidaklah seburuk itu, film ini masih menyenangkan dengan deretan aksi perang-perangan melawan alien, dengan dukungan visual efek yang mumpuni, mata kita pun akan dimanjakannya. Kita memang dipaksa untuk membuat taktik sendiri untuk menikmati “Battle: Los Angeles”, apalagi jika bukan lupakan ceritanya yang loyo itu.

Underworld (2003)

Jauh, jauh sebelum perselisihan antara Edward Cullen dengan Jacob Black hanya gara-gara merebutkan hati sosok cantik Elizabeth Swan, di Underworld sudah terjadi pertumpahan darah antar Vampir dan Werewolf. Di Underworld, Werewolf sering disebut sebagai Lycans dan juga ada spesies gabungan antara Vampir dan Lycans yang tentu saja lebih kuat dari keduanya, mereka menyebutnya Hybrid. Sosok-sosok monster di Underworld disajikan begitu kelam, tak seperti Vampir yang kelihatannya senang bersolek di Twilight, bangsa Vampir lihai menggunakan senjata dan siap mati untuk bertarung dengan musuh besarnya, Lycans. Pun dengan Lycans, tak seperti sekumpulan manusia yang senang bertelanjang dada di Twilight, bangsa Lycans terlihat sangat mengerikan disini, sosok monster haus darah yang siap mencabik-cabik siapa saja yang menghalangi. Di postingan kali ini saya akan membahas empat film dari franchise Underworld. Jadi terserah kamu, lebih memilih kubu Twilight atau kubu Underworld.

Underworld (2003)

Perang besar antar Vampir dan Lycans sudah terjadi sejak berabad-abad yang lalu dan masih berlangsung hingga saat ini. Pemimpin bangsa Lycans bernama Lucian diketahui sudah tewas karena dibunuh oleh Vampir bernama Kraven yang saat ini berkuasa. Kemudian ada Vampir wanita bernama Selene yang tengah menyelidiki beberapa Lycan yang sedang membututi seorang manusia bernama Michael Corvin. Di tengah penyelidikan, Selene menemukan fakta-fakta mengejutkan bahwa Lucian masih hidup dan ada pengkhianat di dalam bangsa Vampir. Belakangan juga diketahui bahwa Lucian mengincar Michael Corvin karena dalam darahnya mengalir sesuatu yang tak biasa. Sesuai dengan judulnya, selanjutnya Underworld akan berjalan dengan nuansa yang begitu kelam. Film pertama ini cukup berhasil untuk membangun kesan pertama. Kita dihadapkan pada pertarungan epik antar dua legenda monster, meskipun ya dibandingkan saat ini tak ada yang istimewa untuk adegan aksinya. Daya tarik Underworld terlihat pada sosok Kate Beckinsale yang sangat menyatu dengan Selene. Bagaimana sosok Vampir wanita yang tetap kelihatan anggun meskipun sering terkena cipratan darah. Hanya saja karakter yang lain tak bisa berkembang dan plot yang diusung kelihatan terburu-buru demi menyelesaikan semua permasalahan yang sudah terjadi. Ada bagian disana-sini yang cukup mengganjal dan terlihat dipaksakan, durasi yang panjang dan konflik yang meluas membuat penonton sedikit terengah-engah di pertengahan film.

The Shawshank Redemption


Andy Dufreyn (Tim Robbins), adalah seorang narapidana yang dipenjara atas kejahatan yang tidak dia lakukan. Bisa dikatakan dia adalah korban dari hukum yang tidak dijalankan secara adil, juga ditambah dengan pengacara yang tidak becus. Dia dipenjara atas tuduhan bahwa dia telah membunuh dua orang warga sipil. Memang, di film itu, istri nya selingkuh dengan orang lain, dan Andy juga sebenarnya kecewa dengan itu. Tapi kenyataannya bukan Andy yang membunuh istri dan lelaki selingkuhannya. Andy dijatuhi hukuman puluhan tahun penjara.
Andy-Dufresne-(Tim-Robbins)
Andy Dufresne
Dipenjara, Andy bertemu dengan beberapa narapidana lain yang kemudian menjadi kawan baiknya. Andy yang dulunya bekerja sebagai bankir ini pernah membantu seorang petinggi penjara bebas dari pajak. Dan sejak itu popularitasnya didalam penjara mulai meningkat. Dia mulai menghitung pajak beberapa pegawai dalam penjara, bahkan sampai pegawai dari penjara lain. Andy bukan hanya menjadi penghitung pajak yang ulung, dia juga menjadi penasihat keuangan yang handal. Sang kepala penjara semakin percaya padanya.
Andy membawa banyak perubahan yang baik bagi penjara Shawshank. Namun, dia juga menjadi incaran kawanan beberapa narapidana lain yang “suka” padanya. Mereka ingin menindas Andy untuk melakukan hal-hal asusila. Andy hampir selalu lolos dari mereka. Suatu ketika Andy babak belur karena kawanan itu. Sipir penjara yang menjadikan Andy sebagai penasihat keuangannya marah besar, dan menghajar kembali orang yang menganiaya Andy.
Andy berkawan baik dengan Red (Morgan Freeman) dkk. Mereka selalu berbagi cerita satu sama lain. Red adalah seorang penyelundup barang dari luar masuk ke penjara. Barang-barang seperti rokok, poster, sampai palu bisa dia selundupkan kedalam penjara. Dia menyogok sipir untuk itu.
Red-dan-Andy-Dufresne
Red dan Andy
Karena kejeniusan Andy, kepala penjara, Warden Norton mempercayakan semua urusan keuangan penjara kepada Andy. Andy melakukan semua perintahnya dengan baik. Karena jasa Andy, penjara mendapatkan banyak bantuan finansial dan non finansial dari luar. Hasilnya berupa buku-buku, piringan hitam, juga uang untuk pendanaan penjara.
Semakin lama, semakin banyak uang yang masuk. Hal ini sejalan dengan rencana Norton untuk menyelewengkan uang itu, dan Andy melakukan perintah dari Norton dengan baik. Norton suka dengan rencana Andy yang menciptakan identitas palsu sebagai akun pemilik uang-uang itu di Bank. Andy menciptakan identitas itu tanpa harus melanggar peraturan pemerintah. Ini adalah spesialisasi Andy.
Warden-Norton,-Kepala-Penjar-Shawshank
Warden Norton
Penjara menerima banyak tahanan baru yang menggantikan tahanan yang selesai masa penahanannya. Tommy (Gill Bellows) adalah salah satunya. Tommy adalah seorang residivis muda. dia sudah sering keluar masuk penjara. Tak lama kemudian Tommy menjadi akrab dengan kelompok Red yang didalamnya juga ada Andy. Pada suatu kesempatan, Tommy bercerita mengenai kenapa dia bisa masuk penjara. Dia menjelaskan semuanya. Tommy penasaran bagaimana bisa orang seperti Andy masuk penjara? Dan tidak lama kemudian Tommy juga tahu kenapa demikian.
Dari cerita tersebut, Tommy merasa ada kejanggalan. Dia pernah satu penjara dengan seseorang yang mengaku membunuh sepasang lovers yang sedang bercinta. Si laki-laki adalah pe golf pro, dan si wanita adalah istri seorang bankir. Andy memastikan cerita itu, dan mendapati bahwa cerita itu benar adanya.
Tommy-dan-Andy-Dufresne
Tommy dan Andy
Emosi Andy sudah tidak tertahankan. Dia sudah beberapa tahun dipenjara, sedangkan dia tidak bersalah. Kali ini Andy berupaya untuk meyakinkan Norton untuk membebaskannya berdasarkan kesaksian Tommy. Norton murka, karena ini bisa merusak rencananya untuk bisa pensiun kaya raya dengan uang hasil penyelewengannya. Tommy kemudian dibunuh oleh sipir suruhan Norton. Semua narapidana tahu kalau kematian Tommy itu janggal. Dan Andy kena sanksi kurungan yang lama dalam ruangan sempit.
Setelah bebas dari sanksi nya, Andy merencanakan sesuatu. Andy memesan tali kepada Red. Red khawatir dengan benda yang dipesan si Andy, dia takut jangan sampai Andy berniat untuk bunuh diri. ternyata tidak demikian.
Andy kembali melakukan perintah Norton dengan baik. Menghitung dan menyimpan uang nya dalam brankas juga menyemir sepatu Norton. Andy kembali kedalam sel nya dengan tidak mendapat kecurigaan dari sipir penjara.
Di malam badai itu Andy menjalankan rencananya. Dia melarikan diri dari penjara. Bagaimana bisa dia melarikan diri dari penjara dengan keamanan yang ketat seperti penjara Shawshank ini? Dia melarikan diri dengan melewati lubang yang dia gali secara diam-diam selama bertahun-tahun didinding selnya. Lubang itu dia tutupi dengan sebuah poster wanita cantik.
Perjuangan Andy melarikan diri tidak mudah, dia harus keluar melalui pipa pembuangan kotoran penjara. Dia harus merangkak dalam pipa berdiameter sempit yang berbau busuk sejauh ratusan meter. Dan Andy memperoleh hasil yang adil. Dia merasakan kebebasannya! Dia telah bebas dari penjara yang sudah puluhan tahun mendekamnya dengan tidak adil.
Kelakuan Norton dan sipir-sipir lainnya dipenjara dibalas oleh Andy. Andy mengambil semua uang di Bank yang sebelumnya dia selewengkan atas perintah Norton. Para bankir tidak curiga, karena semua keterangan yang dibutuhkan mampu dipenuhi Andy. Tidak ada yang tahu kalau Andy adalah seorang narapidana yang melarikan diri dari penjara.
Mendapati bahwa Andy melarikan diri dari penjara, Norton sangat marah. Kawan-kawan Andy diinterogasi satu per satu. Tapi tidak ada yang tahu bagaimana Andy bisa melarikan diri dari penjara. Sampai kemudian Norton tahu kalau selama ini poster yang ada didalam sel Andy menutupi sebuah lubang tempat Andy melarikan diri. Norton sangat bernafsu untuk mendapatkan kembali Andy dan menghukumnya.
Tapi terlambat, Norton lah yang kena batu nya, dia akan ditangkap oleh pihak berwenang karena banyak pelanggaran yang terjadi didalam penjara Shawshank. Andy lah yang berada dibalik itu, dia lah yang membocorkan kepada media mengenai kebobrokan dalam penjara itu. Semua bukti benar, dan Norton sudah tidak dapat mengelak. Norton tidak berhasil ditangkap, dia lebih dulu melakukan bunuh diri dengan menembakkan pistol dari bawah dagu nya hingga tembus keatas kepalanya.
Red-(Morgan-Freeman)
Red
Andy bebas, dan berlayar ke sebuah pulau tak berpenghuni di perairan Pasifik. Dia telah merencanakan semuanya, dan meminta Red untuk menemuinya di pulau tersebut setelah babas. Red menepati janjinya, dia mengikuti petunjuk dari Andy yang dulu diberitahukan Andy sebelum melarikan diri dari penjara. Red tidak sepenuhnya yakin, tapi dia melakukannya.
Keyakinan Red terbayarkan. Dia menemukan Andy di pulau impiannya sedang memperbaiki sebuah perahu. Mereka kembali bertemu. Di pulau itu, tidak akan ada yang mengganggu mereka lagi. Mereka telah bebas dan  damai.

The Hunger Games: Catching Fire 2013


Membunuh atau dibunuh. Itulah aturan sederhana dari acara tahunan Hunger Games. Di suatu masa depan, Amerika Utara musnah lalu berdirilah negara Panem dengan Capitol sebagai ibu kota. Awalnya, Capitol dikelilingi 13 distrik. Namun, suatu ketika terjadi pemberontakan melawan Capitol dan berakibat musnahnya Distrik 13. Sebagai pengingat akan kekuasaan ibu kota, Capitol mengadakan acara televisi The Hunger Games setiap tahun di mana satu anak laki-laki dan satu anak perempuan berumur 12 hingga 18 tahun dari setiap distrik dipilih untuk bertarung sampai mati. Dua puluh empat peserta setiap tahun dan hanya akan ada satu pemenang. Acara tersebut disiarkan live di seluruh Panem.
Katniss Everdeen, 16, adalah gadis yang tinggal di Distrik 12 bersama ibu dan adik perempuannya, Primrose Everdeen. Distrik 12 mendapat jatah sebagai produsen batubara. Sejak kematian ayahnya dalam ledakan di tambang, Katniss mengambil alih sebagai kepala keluarga. Setiap hari ia berburu bersama sahabat laki-lakinya, Gale. Pada saat pengambilan undian Hunger Games ke-74, nama Primrose terpilih sebagai peserta. Secara spontan, Katniss bersedia menggantikan posisi adiknya. Bersama anak laki-laki terpilih dari distrik 12 bernama Peeta Mellark, Katniss menyuguhkan acara The Hunger Games yang tak terlupakan untuk warga Panem.
Alur cerita novel ini tergolong sederhana. Yang membuat The Hunger Games menarik adalah karakter tokoh dan detil aksi yang intens. Katniss adalah pemburu yang berpengalaman, akrab dengan alam, dan sangat mandiri. Negara Panem melarang perburuan di Distrik 12 sehingga wilayah itu dikelilingi pagar berarus listrik. Namun Katniss dan Gale selalu lolos dan berhasil membawa hasil buruan untuk dimakan atau ditukar dengan kebutuhan lain untuk keluarga mereka. Keahlian berburu dan pengalaman Katniss lah yang membuat jalan cerita saat pertarungan menjadi menarik.
Selain aksi, novel ini mengangkat kehidupan pribadi Katniss untuk ditonjolkan pada sisi drama. Apalagi novel ini bertutur menggunakan sudut pandang Katniss. Penulis menyoroti peran Katniss sebagai kepala keluarga di usia belia dan rasa sayangnya kepada Prim, si bungsu. Begitu juga dengan keraguan perasaan Katniss terhadap Gale. Ditambah lagi dengan pengakuan Peeta yang ternyata menyukai Katniss sejak hari pertama sekolah. Hubungan Katniss-Peeta banyak diolah sejak acara The Hunger Games dimulai. Hubungan ini pula yang membuat pembaca mengira-ngira motivasi Peeta yang sesungguhnya.
Edisi terjemahan dari Gramedia dikerjakan dengan baik. Alih bahasanya mulus dan minim typo. Sampulnya mengadopsi versi asli yang menurut saya kurang eye catching. The Hunger Games adalah buku pertama dari trilogi. Sekuelnya adalah Catching Fire dan Mockingjay. Penulisnya, Suzanne Collins mengategorikan novel ini untuk konsumsi Young Adult. Sebelum menulis The Hunger Games, Collins bekerja untuk Nickelodeon. Novel ini meraih berbagai penghargaan dan menjadi New York Times bestseller. Adaptasi film The Hunger Games dijadwalkan akan rilis pada Maret 2012 dengan Jennifer Lawrence sebagai Katniss.
Hal yang patut dicatat dalam novel ini adalah penulis berhasil menyajikan dunia baru, tanpa penyihir, naga, ksatria, dan lain sebagainya. Terasa menyegarkan mengingat setelah era Harry Potter, dunia perbukuan dibanjiri cerita fantasi dengan negeri antah berantah. Di novel ini hanya ada anak-anak yang diuji ketangguhan dan kreativitasnya untuk bertahan hidup. Mengerikan memang, namun idenya keren, alurnya tegang dari awal hingga akhir, dan membuat saya sulit meletakkan buku ini sebelum selesai. Oh ya, saya juga menyukai nama-nama karakternya yang unik.
Nah, berikut ini foto adaptasi film The Hunger Games yang baru-baru ini dilansir oleh rumah produksi Lionsgate. Siapakah mereka?

The Wolf of Wall Street 2013

 
Dibawah bimbingan Mark Hanna (Matthew McConaughey), boss Wall Street dengan pola kehidupan bebas bersama seks dan kokain, dalam waktu singkat Jordan Belfort (Leonardo DiCaprio) berhasil berubah dari seorang pria biasa menjadi ahli stockbroker dengan penghasilan yang luar biasa tiap bulannya. Dari sana kehidupan Belfort semakin besar, berawal dari insiden Black Monday, Belfort mengikuti saran dari istrinya, Teresa (Cristin Milioti), hijrah ke Long Island dan masuk ke perusahaan yang justru memberikannya keuntungan jauh lebih besar.   

Keberhasilan tersebut menjadikan rasa percaya diri Belfort tumbuh semakin tinggi, dan bersama bantuan ayahnya, Max (Rob Reiner), serta Donnie Azoff (Jonah Hill) dan rekan lainnya, Belfort kembali menelurkan kesuksesan dengan menyulap perusahaan kecil yang ia namai Stratton Oakmont menjadi sebuah perusahaan investasi raksasa. Namun sikap agresif yang ia miliki semakin tidak terkendali, perlahan membawa Belfort kedalam masalah dengan melibatkan wanita cantik bernama Naomi Lapaglia (Margot Robbie), hingga Patrick Denham (Kyle Chandler).


Setelah ia bergerak tidak begitu jauh dari garis awal sangat mudah untuk kemudian menggumamkan satu kata: gila! Ya, ini gila, Martin Scorsese membuktikan bahwa ia merupakan sutradara yang selalu mampu bermain dibanyak warna cerita lewat upaya menghadirkan penggambaran dari drama bertemakan moralitas dengan cara yang sangat liar. Kecanduan narkoba, pelacur, perselingkuhan, aksi saling tipu saham dan investor ratusan juta dolar, dikombinasikan bersama ketelanjangan tanpa rasa takut, The Wolf of Wall Street bukan hanya menjadi biografi dari sosok nyata bernama Jordan Belfort, namun juga wujud sebuah sindiran tajam dari seorang Scorsese terhadap budaya keserakahan.

The Wolf of Wall Street adalah sebuah kemasan menyenangkan yang mencoba melemparkan tragedi tanpa sekalipun jatuh ke lingkup menghakimi. Penuh sesak dengan hadirnya pengulangan yang terkesan bertele-tele dan berlebihan, selama hampir tiga jam kita akan diajak untuk mengamati potret dari gaya hidup hedonistik dalam gerak cerita yang selalu dinamis dan cekatan, menelusuri kehidupan Jordan Belfort dari ketika ia hanya seorang pria biasa hingga menjadi sosok yang dikagumi lengkap dengan kegembiraan penuh pesta pora, kemakmuran dengan kemewahan melimpah, serta ujian yang menemani dalam balutan kombinasi antara mimpi, ambisi, dan self-control.

Ya, self-control, dibalik tampilan luas miliknya yang mungkin akan terkesan tidak memiliki tujuan yang kuat dan dipenuhi dengan omong kosong berlebihan itu The Wolf of Wall Street sesungguhnya hanya mencoba menggambarkan satu hal sederhana dari naskah yang ditulis ulang oleh Terence Winter ini, bagaimana pentingnya kemampuan kita untuk mengendalikan serta menyeimbangkan kehidupan. Sangat sederhana, bahkan Scorsese sejak awal seperti tidak ingin mencoba bergerak terlalu jauh saat membentuk pesan yang ia bawa, menghindari cara rumit dan kompleks, dan justru hendak membawa penonton mengerti niat utamanya lewat cara hanyut dalam aksi menertawakan perilaku buruk yang membawa mimpi buruk bersama dominasi kehadiran komedi hitam.


Konsep yang diusung Scorsese pada film ini adalah dengan menciptakan cerita yang terus mengalir dengan powerfull serta dipenuhi kegaduhan tanpa henti, menyapu penontonnya kedalam jeratan narasi konvensional yang terus mencuri atensi, struktur cerita yang cantik bersama sikap totalitas dan komitmen yang tampil tanpa rasa takut. Proses menghancurkan karakter ini berhasil menjadi sebuah alarm terkait sikap hedonisme, dengan gerak gelisah yang dipenuhi kepanikan dan ratusan F-word, terkadang juga terasa absurd, lewat sebuah refleksi menjijikkan dari sikap berlebihan yang tidak pernah puas.

Yang menjadi masalah disini adalah dengan keberadaan Martin Scorsese di bangku kendali, The Wolf of Wall Street sudah terlanjur dengan cara yang sangat mudah menghadirkan ekspektasi akan hadirnya sesuatu yang besar dalam kemasan yang besar. Hal tersebut menyebabkan pesan sederhana yang sesungguhnya sangat powerfull itu akan terkesan terlalu berlebihan pada proses penggambaran yang bahkan mungkin akan terasa melelahkan bagi sebagian orang, walaupun sepanjang durasi saya tidak menemukan momen membosankan meskipun ia punya momentum yang seperti melemah ketika kita mulai keluar dari pesta dan masuk kedalam duka. Keinginan Martin Scorsese untuk menghadirkan kekacauan yang liar dan terkendali juga sangat terbantu berkat kinerja memikat divisi akting.

Ini mungkin kinerja terbaik dari seorang Leonardo DiCaprio dari daftar film miliknya yang telah saya tonton, ia bersinar di dalam totalitas pada upaya menyeimbangkan sisi karismatik bersama sisi hitam yang dimiliki Belfort. Oscar? Hmmm. Begitupula dengan Jonah Hill dengan gigi putihnya, dan Margot Robbie yang secara mengejutkan bukan hanya tampil sebagai pemanis belaka. Scorsese juga cerdik dalam membentuk karakter kecil yang dimainkan dengan baik oleh deretan sosok yang sudah tidak asing lagi, dari Cristin Milioti, Jean Dujardin, Matthew McConaughey, Spike Jonze, Kyle Chandler, hingga Jon Favreau.


Overall, The Wolf of Wall Street adalah film yang memuaskan. Mungkin ia akan terkesan terlalu berlebihan serta tidak memiliki point utama yang begitu penting, karena pesan sederhana terkait self-control dengan menggunakan tema hedonisme itu disembunyikan oleh Martin Scorsese didalam struktur yang sengaja ia bangun kedalam sebuah studi karakter yang tampil penuh totalitas dan komitmen, berkilau dalam gerak yang terasa liar, namun tetap terkendali.

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Zona Film - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger