Pahlawan bertopeng yang dikenal sebagai The Lone Ranger, John Reid (Armie Hammer), ditemani oleh Tonto (Johnny Depp), suku Indian Comache yang eksentrik, ingin membalas dendam kepada bandit yang menyebabkan kematian kakaknya.
Review:
Gore Verbinski adalah seorang sutradara Amerika yang terkenal atas film-film Pirates of the Caribbean (2003-2007) dan Rango (2011). Di kedua judul film tersebut, satu nama selalu muncul sebagai aktor sentral, yakni Johnny Depp. Kombinasi keduanya memang dapat menghasilkan film-film yang menghibur, komikal, dan terkadang seru untuk diikuti. Kali ini mereka bergabung kembali untuk menghidupkan kisah The Lone Ranger yang awalnya merupakan acara radio tahun 1930-an dan acara TV tahun 1950-an di Amerika.
Film ini bercerita tentang awal mula pertemuan John Reid, yang nantinya dikenal sebagai The Lone Ranger, dengan Tonto dan bagaimana mereka memulai petualangan mereka bersama. John adalah seorang pengacara kota yang pacifist. Pada tahun 1869, Reid kembali ke kampung halamannya di Colby, Texas menggunakan kereta api. Di kereta tersebut ternyata membawa pula Tonto dan Butch Cavendish (William Fichtner), seorang bandit Wild West yang ternama. Butch dibawa ke Colby bukan tanpa alasan. Setelah ditangkap oleh kakak John, Dan Reid (James Badge Dale), Butch dibawa ke sana untuk digantung sebagai tanda jaminan keselamatan pembangunan Transcontinental Railroad yang diurus oleh Latham Cole (Tom Wilkinson). Namun kawanan bandit Butch tidak tinggal diam. Sebelum mencapai Colby, kereta tersebut dibajak oleh mereka.
Gore Verbinski adalah seorang sutradara Amerika yang terkenal atas film-film Pirates of the Caribbean (2003-2007) dan Rango (2011). Di kedua judul film tersebut, satu nama selalu muncul sebagai aktor sentral, yakni Johnny Depp. Kombinasi keduanya memang dapat menghasilkan film-film yang menghibur, komikal, dan terkadang seru untuk diikuti. Kali ini mereka bergabung kembali untuk menghidupkan kisah The Lone Ranger yang awalnya merupakan acara radio tahun 1930-an dan acara TV tahun 1950-an di Amerika.
Film ini bercerita tentang awal mula pertemuan John Reid, yang nantinya dikenal sebagai The Lone Ranger, dengan Tonto dan bagaimana mereka memulai petualangan mereka bersama. John adalah seorang pengacara kota yang pacifist. Pada tahun 1869, Reid kembali ke kampung halamannya di Colby, Texas menggunakan kereta api. Di kereta tersebut ternyata membawa pula Tonto dan Butch Cavendish (William Fichtner), seorang bandit Wild West yang ternama. Butch dibawa ke Colby bukan tanpa alasan. Setelah ditangkap oleh kakak John, Dan Reid (James Badge Dale), Butch dibawa ke sana untuk digantung sebagai tanda jaminan keselamatan pembangunan Transcontinental Railroad yang diurus oleh Latham Cole (Tom Wilkinson). Namun kawanan bandit Butch tidak tinggal diam. Sebelum mencapai Colby, kereta tersebut dibajak oleh mereka.
Di sinilah awal mula pertemuan John dan Tonto. John sebagai tokoh
penegak hukum memiliki kewajiban untuk mengamankan keadaan di kereta.
Uniknya John adalah seorang yang cinta damai dan tidak percaya dengan
senjata api. Dia termasuk segelintir orang yang pada masa dan tempat
tersebut percaya bahwa manusia harus menanggalkan hukum alam demi
menegakan hukum manusia yang lebih beradab. Hanya saja upaya John tidak
berhasil. Di tengah porak-poranda pembajakan kereta tersebut Butch
berhasil melarikan diri. Demi menangkap kembali Butch, Dan mengumpulkan
dan mengangkat John sebagai ranger kota Colby. Sayangnya di
tengah perjalanan mereka semua diberangus habis oleh kawanan bandit
Butch. John yang sekarat kemudian "dihidupkan" kembali oleh Tonto
sebagai spirit walker. John yang sekarang menjadi The Lone Ranger berjanji untuk membalas dendam kematian kakaknya dan menyelamatkan Rebecca (Ruth Wilson),
janda kakaknya dan mantan kekasihnya, dari bahaya ancaman Butch serta
membongkar konspirasi yang menyelimuti pembangunan rel kereta api di
daerah tersebut.
Sesuai perkiraan gue, The Lone Ranger tidak berbeda jauh dari Pirates of the Caribbean.
Di film ini tokoh unik seperti Jack Sparrow, seorang bajak laut
nyentrik dengan kelakuan absurd, seolah menjelma menjadi seorang Indian
yang ternyata nyentrik dan absurd juga. Humor yang ditawarkan dua film
ini juga nyaris sama. Masih bertumpu dengan tokoh nyentriknya,
bercandaan di film ini dibuat secara nyeleneh dan disebar di beberapa sisi. Selain itu juga adegan action kedua
film ini serupa. Masih tetap bombastis, spektakuler, cepat, dan komikal
sehingga mampu membuat penontonnya merasakan seru dan tertawa saat
menontonnya. Lalu kemudian apakah The Lone Ranger adalah film yang
menghibur? Gue akan menjawab iya namun ada batu kerikil yang menusuk gue
dalam menikmati film ini, yakni durasi.
Durasi cukup panjang The Lone Ranger, yaitu 150 menit, sangat
mudah kita rasakan pada saat menonton. Alhasil ada kalanya gue dibuat
bosan dan sudah tidak terhitung jumlahnya gue melirik jam tangan
bertanya kapan film ini akan selesai. Bagi gue hal ini sangat
berpengaruh terhadap kadar kenikmatan film ini. Cerita film ini
diceritakan secara bertele-tele. Banyak unsur yang ingin disampaikan
tetapi dalam penyampaiannya memakan waktu yang cukup lama sehingga
keberlanjutan cerita terkadang tersendat. Rajutan plot The Lone Ranger
bagi gue terbilang dipaksakan. Tidak sempurnanya penyampaian motif
tokoh antagonis dalam pembongkaran tipu muslihat di film ini malah
menyebabkan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak terjawab.
Ketidaksempurnaan penyampaian cerita ini bisa jadi dikarenakan metode
yang digunakan The Lone Ranger itu sendiri. Kisah film ini
diceritakan mundur oleh Tonto tua kepada anak kecil yang tanpa sengaja
berinteraksi dengannya. Oleh Tonto tua, kisah film ini diceritakan
seperti dongeng dan layaknya dongeng terkadang fakta terdistorsi dan
unsur cerita penting terlewat untuk disampaikan.
Jika kita telaah dari sisi pengenalan tokoh-tokoh penting, The Lone Ranger
bisa dikatakan berhasil. Mengingat bahwa materi asli film ini berasal
dari tahun 1930-an dan entri terakhir film ini diproduksi di tahun 1981,
bagi gue keseluruhan materi The Lone Ranger adalah sesuatu yang
asing. Namun setelah menonton film ini, gue seolah diberikan kesempatan
untuk mengenal karakter-karakter yang ada dan dibuat familiar dengan
unsur-unsur penting film ini. Sebuah upaya pengenalan materi yang baik
namun sayang ternoda dengan penyampaian yang betele-tele.
Best Scene:
Siapa yang tidak suka dengan adegan action cepat dan lucu? Menurut gue scene paling
menyenangkan untuk ditonton di film ini adalah ketika terdapat dua
kereta yang melaju secara paralel. John dan Tonto dengan caranya
masing-masing hendak mengalahkan musuh yang ada. Mulai dari lemparan
batu, pukulan tinju, tangga, dan aksi berkuda ada di bagian ini. Digarap
secara cepat dan menyenangkan, pastilah bagian ini mampu menghibur
penonton. Hanya saja terkadang dengan cepatnya tempo scene ini
gue dibuat bingung. Kenapa ini ada di sini dan bukannya itu tadi di sana
adalah pertanyaan yang malang melintang di pikiran gue.
Jadinya?
What’s with the mask? The Lone Ranger mampu
dengan baik mengenalkan tokoh-tokoh dan unsur-unsur yang ada pada
materi aslinya sehingga bagi orang yang asing pun mampu dibuat paham dan
menikmatinya. Hanya saja dengan durasi yang panjang dan penyampaian
cerita yang bertele-tele, kesenangan menonton film ini berkurang dengan
sangat. Hasilnya film ini menyenangkan di beberapa sisi tapi jalan yang
ditempuh untuk mendapatkan kesenangan tersebut membosankan.
0 komentar:
Posting Komentar